Jakarta – Menteri Agama Nasaruddin Umar Menegaskan urgensinya pemahaman agama yang mendalam bagi kaum anak muda sekarang untuk memperkokoh kerukunan dan menghindari ekstremisme. Hal tersebut ia sampaikan pada proses wawancara dengan dengan Good News From Indonesia (GNFI) di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (11/12/2025).
Menag Nasaruddi menjelaskan, yang menjadi keliruan dalam masyarakat ialah menyamakan agama dengan umat beragama. Padahal setiap agama itu memiliki ajaran yang baik, sedangkan perilaku yang ekstrem tidak menggambarakan agama manapun.
“Jangan menyamakan agama dengan umat beragama. Semua agama memiliki ajaran yang baik. Kalua ada ekstremisme, lihat orangnya, bukan agamanya,” jelas menag.
Ia juga menilai, bahwa melalui diskusi antaruamat beragama salah satu menjadi insturmen yang penting untuk memperkuat persamaan fundamental antar agama. Di dalam beragama semakin orang paham akan agamanya maka semakin mudah menjaga harmoni sosialnya.
“Semakin dalam seseorang memahami agamanya, semakin ia menjaga kerukunanya,” katanya.
Menang Nasaruddin mengutip prinsip ta’alaw ila kalimatin sawa dari Surah Ali ‘Imran Ayat 64, yaitu ajakan untuk mencari titik temu dan menghindari perselisihan yang tidak peril.
“Rukun itu bangunan besar. Ada pondasi, dinding, hingga atap. Toleransi itu kesediaan berdamai, bukan menyamakan yang berbeda,” jelasya.
Pada akhir wawancara, Menag ingatkan kembali bahwa agama memiliki tiga dimensi utama di antaranya ialah mitos, logos, dan etos. Ketiganya diperlukan untuk membangun keberagaman yang matang dan kehidupan sosial yang berkeadaban.
“Agama adalah sahabat kita 24 jam. Ia menenangkan dalam situasi genting, dan menjadi energi bagi kehidupan sosial kita,” pungkasnya.
