banner 728x250
Berita  

Arif Darmawan: Sikap Ferry Irwandi Tunjukkan Ketidakdewasaan dalam Berdemokrasi

banner 120x600

Jakarta – Koordinator Nasional Kawan Indonesia, Arif Darmawan, menilai sikap konten kreator Ferry Irwandi yang menyebut kritik terhadap dirinya sebagai bentuk fitnah dan intervensi media massa justru menunjukkan ketidakdewasaan dalam berdemokrasi.

Menurut Arif, Ferry gagal memahami bahwa kritik adalah hal yang wajar dalam ruang publik, terlebih bagi figur yang secara sadar menempatkan dirinya sebagai konsumsi publik melalui media sosial.

banner 325x300

“Siapa pun yang memilih tampil di ruang publik, apalagi sebagai influencer dengan jutaan penonton, harus siap menerima kritik. Tidak bisa hanya ingin dipuji, tetapi alergi terhadap koreksi. Menuduh pihak yang mengkritik sebagai pemfitnah justru menunjukkan sikap anti-kritik yang tidak dewasa,” tegas Arif dalam keterangannya, Senin (8/12).

Arif menegaskan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi yang menjamin kebebasan berpendapat. Kritik dari akademisi, aktivis, tokoh masyarakat, maupun publik luas bukan serangan personal, melainkan mekanisme kontrol sosial agar ruang publik tetap sehat. Menurutnya, menyederhanakan kritik sebagai fitnah merupakan bentuk pengingkaran terhadap nilai demokrasi.

“Ini bukan soal suka atau tidak suka, tetapi soal etika publik. Ketika sebuah narasi menyentuh isu sensitif, apalagi terkait penderitaan masyarakat dan dugaan unsur pelecehan seksual terhadap korban bencana Sumatera, wajar jika banyak pihak memberi peringatan. Alih-alih berintrospeksi, Ferry justru membangun narasi seolah dirinya dizalimi. Ini logika yang terbalik,” ujar Arif.

Lebih jauh, Arif menilai sikap defensif Ferry yang menyerang balik para pengkritiknya sebagai cerminan emosi yang belum matang. Ia menyayangkan jika seorang kreator dengan pengaruh besar justru memberi contoh buruk kepada publik, terutama generasi muda, dalam menyikapi perbedaan pendapat.

“Dalam demokrasi, yang dewasa bukan yang paling keras suaranya, tetapi yang paling lapang dadanya menerima kritik. Jika setiap kritik dianggap fitnah, lalu di mana ruang dialog? Sikap seperti ini justru kekanak-kanakan,” tambahnya.

Arif juga membantah tudingan adanya intervensi media massa untuk menjatuhkan Ferry. Ia menilai pemberitaan hanyalah respons terhadap kegelisahan publik yang muncul akibat konten yang dinilai tidak sensitif.

“Media bekerja berdasarkan fakta dan respons publik. Jika kritik ramai bermunculan, itu bukan rekayasa. Jangan justru media dituduh intervensi hanya karena pemberitaannya tidak menguntungkan,” tandasnya.

Arif kemudian mengingatkan Ferry Irwandi agar tidak memposisikan diri sebagai korban dari kritik yang sah. Menurutnya, menjadi figur publik harus dibarengi dengan kemampuan menerima koreksi.

“Jika ingin tetap hidup di ruang publik, kedewasaan bersikap itu kewajiban, bukan pilihan. Demokrasi tidak membutuhkan figur yang cengeng terhadap kritik,” pungkas Arif.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *